Minggu, 03 Juli 2011

Pelaut Asing Harus Dibatasi



Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) mendesak pemerintah agar segera membatasi pelaut-pelaut asing yang bekerja di kapal-kapal perikanan berbendera Indonesia. Selain merebut lapangan pekerjaan bagi pelaut lokal, pelaut-pelaut asing itu disinyalir juga telah menyebarkan penyakit HIV/AIDS.

Demikian dikatakan Presiden KPI Hanafi Rustandi pada pembukaan pelatihan bagi 50 calon pelaut perikanan di Ambon, Maluku, Senin (4/4).

Pelatihan selama 10 hari itu diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization) bekerjasama dengan KPI dan Pemerintah Provinsi Maluku. “Mereka nantinya akan direkrut untuk bekerja di kapal-kapal perikanan nasional yang beroperasi di wilayah timur Indonesia,” kata Hanafi, via surat elekroniknya kepada SP, Senin (4/4).

Selanjutnya Hanafi memperkirakan 70% lapangan pekerjaan di sektor perikanan sata ini dikuasi oleh pelaut asing, antara lain dari Thailand, Burma dan Kamboja. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena jelas mempersempit lapangan pekerjaan bagi pelaut lokal yang ingin bekerja di kapal-kapal perikanan.

Ia mengingatkan, kapal-kapal perikanan yang diawaki banyak pelaut asing itu sering melakukan illegal fishing dan transhipment di laut, sehingga sangat merugikan negara. Dalam melakukan penangkapan ikan, mereka juga sering melanggar aturan internasional, baik mengenai jenis ikan maupun tidak melaporkan jumlah ikan yang ditangkap. “Ikan hasil tangkap sering dijual dan dialihkan ke kapal lain di tengah laut,” ujarnya.

Karena itu, Hanafi mendesak pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Maluku dan Papua, untuk segera membatasi pelaut-pelaut asing bekerja di kapal-kapal perikanan nasional. Jumlah pelaut asing di kapal perikanan harus terus dikurangi sampai akhir tahun ini. “KPI minta tahun 2012 tidak ada lagi pelaut asing bekerja di kapal-kapal perikanan nasional yang melakukan penangkapan ikan di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia,“ tegas Hanafi yang juga Ketua ITF (International Transport worklers’ Federation) Asia Pasifik.

Selain itu, pelaut-pelaut asing yang sering singgah di berbagai pelabuhan di wilayah timur Indonesia, makin meresahkan masyarakat sekitar. Pasalnya, mereka sering menularkan/menyebarkan penyakit HIV/AIDS.

Dikatakan, ribuan pelaut asing, khsusunya asal Burma, kini telah tinggal dan membaur dengan masyarakat Tual, Maluku Tenggara. Pihak ILO dan UNHCR (Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB) telah berupaya mengurangi populasi pelaut asing yang tinggal di wilayah itu, namun sampai sekarang belum berhasil.Begitu pula di wilayah Papua, penyebaran penyakit HIV/AIDS sangat tinggi dan mencemaskan masyarakat.

Hanafi kemudian mengingatkan rencana pemerintah yang telah mencanangkan Maluku sebagai Minapolitan. Rencana ini akan berhasil bila didukung dengan SDM perikanan yang handal dengan jumlah armada perikanan nansional yang memadai. “Selama pelaut asing masih banyak menguasai perikanan, Minapolitan tak akan berhasil,” tegasnya. [E-8] (Suara Pembaharuan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar